Friday, August 3, 2012

IM


Buat kalian yang hatinya berdesir tiap kali baca/denger cerita-cerita tentang Indonesia Mengajar, sini saya kasih tau: It is your call. Don’t ignore it.


Wednesday, August 1, 2012

untuk rasa



Untuk matahari yang selalu jauh, dan untuk mimpi yang kini terlalu dekat.
Untuk ia yang sejenak ditinggalkan,
dan untuk keyakinannya akan pulang.
Mari berbagi matahari di setiap senja,
mari menjalin rasa, mengingat kala, menguat asa,

Aku disana.


Monday, June 11, 2012

Catching smiles

Maka terimakasih Tuhan atas segala pilihan yang ditawarkan, serta kebebasannya untuk memilih dan mengejar satu yang paling membahagiakan :)

Monday, June 4, 2012

Work in pajamas


What I learned much about running a business is: you gotta plan, execute (keep sticking with the plan), adapt, and evaluate everything yourself. Here I am learning about being independent, nobody will tell me what to do. I gotta know exactly what I have to do. It might sounds nice and free BUT it is way too far from simple - especially when you work with a more unorganized partner (but thank God he got limitless energy and spirit). 


Yes I can work whenever I want, without even take a bath and brush teeth and change pajamas, but the truth is: to keep yourself continuosly plan-execute-adapt-evaluate progress and improvement everyday is not easy. I praise every entrepreneur, for the leadership and the will to keep progressing! :)



and check out the business I am running in http://bayusvara.wix.com/sound


Saturday, June 2, 2012

Tersesat di Hutan Kalimantan

Saya pernah tersesat di hutan Kalimantan. Saat itu saya sedang bertugas dalam Kuliah Kerja Nyata UI di Tanjung Dato. Sore di 12 Juli 2010, saya dan seorang komandan lapangan, dipandu oleh dua warga desa, berangkat dari desa menyusuri pantai berkilo-kilo meter dengan sepeda motor untuk melihat penyu bertelur. Perjalanan sulit karena banyak bagian pasir empuk yang membuat terperosok.
Setelah matahari tenggelam, hanya terlihat beberapa lampu motor disepanjang pantai dan hanya terdengar suara mesin motor dan desir ombak. Satu-satunya acuan jalan adalah garis bekas roda motor lain yang tercetak di pasir. Tujuh sungai pecah, kami harus turun dari motor dan berjalan melawan arus sampai celana basah selutut dan sepatu penuh pasir. Setelah melihat penyu kami menginap di camp WWF diantara hutan dan pantai, menghadapi malam penuh gonggongan anjing dan eratan tikus hutan.
Paginya kami menyusuri hutan ke kantor kecamatan Paloh. Kami hendak pulang ke desa secepatnya namun harus menanti surut agar bisa menyusuri pantai. Jam 17.30, dengan iringan tim WWF kami menyeberangi sungai Cermai menggunakan perahu. Kami melewati pasir putih yang kering dan dalam, membuat kami kerepotan. Lama kami tidak melihat tim WWF yang sudah jauh di belakang. Selama masih ada garis bekas roda motor, kami masih merasa aman.
Hari mulai gelap dan kami sudah memasuki hutan, melewati jalan setapak diantara semak belukar, kubangan air, jembatan, sampai titik dimana komandan saya merasa salah jalan. Hari gelap, hanya ada penerangan bulan bintang. Tidak ada motor lain ataupun manusia sama sekali. Kami bimbang namun mencoba berpikir jernih. Komandan berbalik arah ke persimpangan berpasir lagi, jalan terakhir yang kami ingat tadi pagi kami lalui. Disana kami mencari jalan lain, menyorot dengan lampu motor tapi tidak menemukannya. Akhirnya kami, sekali lagi, melanjutkan jalan yang tadi kami kira salah. Mengulang semak belukar lagi, kayu patah lagi, jembatan panjang lagi, sampai lanjut ke jembatan berikutnya yang rapuh berbolong-bolong, ujungnya rusak parah dan tidak mungkin dilalui. Disanalah kami yakin kami salah jalan.
Panik, komandan memutar balik di jembatan rapuh, sambil berharap mendengar suara motor lain atau melihat lampu atau melihat apapun yang bisa meyakinkan bahwa kami tidak sendiri di tengah hutan. Belum jauh berjalan, di jembatan kecil motor kami jatuh ke parit. Iya, terperosok! Perut saya menghantam batang kayu yang cukup tajam. Panik dan sakit, saya berusaha mengeluarkan diri, membantu komandan saya naik. Kami tidak berhasil mengangkat motor, dengan panik komandan memutuskan untuk meninggalkannya.
Akhirnya kami berjalan kaki. Malam hari di hutan Kalimantan. Dengan satu senter. Tidak tahu jalan. Tidak peduli baju celana basah, tidak peduli perih, tidak peduli suara-suara binatang hutan, yang ada dalam hati tinggal Al-Fatihah. Kami bernyanyi Indonesia Pusaka berkali-kali, meyakinkan satu sama lain tetap tersadar. Insting yang tersisa hanya bertahan hidup dan saling mejaga.
Beberapa jam kami menyusuri hutan dengan sisa tenaga, tiba-tiba kami melihat lampu di kejauhan! Kami berteriak tolong dan memberikan tanda SOS dengan senter. Sepersekian detik kemudian mendadak banyak gonggongan anjing, dekat, mengelilingi kami namun kami tidak bisa melihat mereka saking gelapnya hutan. Benar-benar menyeramkan. Benar-benar panik.
Diliputi rasa bingung, kami tetap berusaha saling menenangkan. Kami mencari ke sekeliling dan berjalan melewati jembatan yang kayunya cuma dua melintang. Kami mengucap bismillah keseribu kalinya, jalan menanjak dan akhirnya menemukan camp WWF!
Kami berdua berteriak lega bukan main. Kami menceritakan semuanya, tentang motor, anjing, dan kegelapan hutan. Menemukan camp WWF berarti menemukan kenyataan bahwa kami berhasil melaluinya, menemukan perlindungan Tuhan. Tim WWF bercerita bahwa jembatan yang kami lalui adalah jembatan dimana mereka baru saja melepas buaya besar. Ternyata TNI AD pun ada yang pernah tersesat disana. Tim WWF mengantar kami kembali ke desa menyusuri pantai. Kami masih bernyanyi Indonesia Pusaka berulang kali hingga kami menangis.
Malam itu Tuhan memberi pelajaran, berharga.

Please be it!

"And when you want something,
the entire universe conspires
in helping you to achieve it."

Friday, May 4, 2012

bismillah

Memeluk @bayufajri, melepas semua lelah batin. Lalu mencium punggung tangannya, memberi semangat baginya yang lelah raga. Semoga kuat, semoga selalu diberkahi..

(H-2 Festival Budaya, H+2 I lost my best friend,
in times of frustration and heart broken)

Why Bayu why?


In my case, it seems the opposite.

Thursday, May 3, 2012

Smile before the gate


What I got from the trip? My faith in humanity restored. There was this old bule man I asked about the gate in the HK airport terminal with my face in doubt and worry, and he anwered and showed me the direction very clearly, with a comforting smile and even he said “don’t worry you’re safe.” And then I asked him again about why the airport system works that way and again he smiled while bowing (because I’m so little for him) and said “just to make you confused”  and we were laughing and smiling again, walking in the same way until the point. Have experienced that twice, the other one was in Changi airport and with one chinese oldman. Got my faith in humanity restored :)

Saturday, April 14, 2012

“There she is, doing what she does best.”


My definition of doing what best might be the alliance of doing something you’re actually good at and doing it with your heart, fully. I once tweeted “I really wanna do what I like to do, not only what I’m good at. Seriously.” That was actually because I kind of felt a lil missing piece when I worked as an intern copywriter and joined the creative team in one advertising agency in Jakarta. Like doing thing with all my physical energy and power but not with my full heart. The output might be just good, but still, with heart I can feel that it could be better. 


7 radio ads in a day? we kinda did it.
That yes it was my 10 out of 10, but maybe I don’t feel the passion. I did my best there, for the sake of the task and I felt challenged, I felt the heat that someone (my team) pushed to me, that I should brought them what they expected me to give. 


But I love the team, so fine and freakkkin fun! Nice talented people, and my creative director is hmmm inspiring (won’t take his lead for granted but definitely will absorb his limitless great thoughts).

Or was it just an illusion? That actually you can enjoy everything you do, that passion can be everything you choose? Whatever.

I just feel that when I look back my journey in Kalimantan, not only I found things I’m good at (like teaching kids), but also things I put my heart into. There, somewhere around Kalimantan jungle and the deep blue sea, I found my peace.

Sunday, April 8, 2012

ketemu laut lagi

Akhirnya gw menyambangi Pulau Tidung yang dari beberapa taun lalu lumayan happening. Gw butuh ketemu laut, tapi gak punya banyak duit dan waktu, jadi lah berangkut kesana. Pulau Tidung itu salah satu pulau wisata yang ada di Kepulauan Seribu, Jakarta. Katanya sih oke. Ternyata.. yah lumayan. What excite me the most adalah keberadaan si Jembatan Cinta dan banyaknya water sport yang seru dan murah, banana boat dan kawan-kawannya cuma 35rebu sekali main. Jembatan Cinta tingginya 5meter, beneran deh bikin gw mengalahkan semua fearness gw, hupp loncat! Nyatanya cuma gw yang akhirnya loncat dari titik tertinggi Jembatan Cinta, yang lain gakuku. Loncat disana membuahkan memar gede di paha kiri gw dan kepuasan tiada tara.



Tidung kalo soal coral reef-nya sih ya gitu aja, dan tour guide yang gw pake kurang ngejelasin tentang biota laut disana, beda banget sama Trip2U yang gw pake waktu ke Pulau Pramuka. Coral reef lumayan banyak, tapi menurut gw yang awam ini gak begitu warna warni dan kurang beragam, ikannya juga begitu. Gw berangkat berdelapan, dan yang aseli lupa banget gw fiksasi adalah apakah travel agent yang gw pake itu untuk privat atau ngga. That’s actually disapponting, ternyata grup gw digabung sama dua grup lain, dimana akhirnya karena grup lain itu jumlahnya lebih banyak, ya mereka mendominasi.

Pulau Tidung yang katanya eksotis ini ternyata agak kotor dan penduduknya kurang merhatiin nilai estetika. Kayak desa biasa aja. Jalanannya paving block yang muat buat dua jalur sepeda atau motor, disana juga ada becak motor kalo males gowes. Penyewaan sepeda dan warung-warung makan banyak, harganya oke. Penginapan dan penyewaan alat snorkel juga banyak banget. Listrik 24 jam, sinyal provider hp lumayan bagus. Fasilitas mah siap banget buat jadi tempat wisata, tapi kesiapan mental penduduknya kayaknya kurang. Over all tidung trip kali ini agak sedikit di bawah ekspektasi, tapi namanya juga jalan sama sobi-sobi karib, mau kemana juga pasti jadinya seru.

Dan ke laut.. buat gw rasanya selalu kayak pulang.